Mimpi Yang Terbeli


 Assalamu'alaiku temen-temen pecinta literasi. Kali ini saya mau bercerita tentang tema Mimpi Yang Terbeli.

Siapa sih diantara kita yang tidak punya mimpi. Sesuatu yang teramat sangat ingin kita raih, yang kita inginkan segera ada digenggaman, dan lain-lain.

Pastinya kita punya itu. Dari mimpi dan harapan-harapan sederhana sampai mimpi terbesar.

Nah, kali ini saya akan bercerita tentang mimpi diri. Hal pertama yang saya lakukan untuk mimpi saya adalah menuliskannya. Kenapa saya malah menuliskannya? 

Sebenarnya ini bukanlah suatu kesengajaan yang saya buat. Saya termasuk tipe pendiam. Hal ini terbentuk dari kondisi orang tua yang tak lagi bisa disatukan. Bukan karna keegoan diantara mereka. Bukan juga karna pertengkaran yang terjadi setiap hari. Tapi karna memang kondisi kesehatan fisik mereka yang saling  bersebrangan. Misalnya ibu yang memiliki penyakit asma tidak cocok dengan udara di kampung, sedangkan ayah dengan kondisi fisiknya tidak cocok juga jika tinggal dan bekerja di jakarta. Ya begitulah takdir yang membuat mereka tidak bisa bersatu.

Ibu yang berubah fungsi menjadi tulang punggung keluarga, harus tetap bejuang untuk melanjutkan kehidupan kami. Seringkali merasa kasihan melihat ibu yang kelelahan sepulang dari berjualan. Tidak mau menambah beban fikirannya. Saat terjadi gejolak rasa masa remaja akhirnya sering saya pendam, jarang sekali saya bercerita pada ibu. Begitupun saat ada masalah, saya cuma bisa menangis sendiri, walaupun tidak menyelesaikan masalah tapi dengan menangis ada kelegaan dari sesak dihati.

Ada lagi cara yang lain yang menjadi alat bagi saya menyalurkan emosi yang terpendam. Yaitu dengan menulis. Apa saja, semua yang saya rasakan di dalam hati, kata atau ide-ide yang bermunculan di kepala saya. Duh pokoknya biar gak terlalu riweh, biar gak terlalu sumpek, dan biar gak meledak, langsung saya ambil alat tulis dan kertas atau buku tulis. Atau bahkan cuma sekedar untuk oret-oretan pengusir rasa jenuh. Tapi saat saya merasa enjoy melakukan hal itu, tiba-tiba dari tangan ini menghasilkan bentuk yang tidak pernah terfikirkan oleh diri.

Termasuk juga menuliskan mimpi. Sejak saya diberhentikan dari aktivitas yang berat, saya jadi merasa jenuh sendiri, pemanasan tubuh sudah saya rutinkan setiap bangun tidur, latihan penguatan otot dan tulang juga sudah saya lakukan, tapi kenapa setiap bercermin kondisi fisik masih belum bisa kembali seperti semula. Pastinya pertanyaan itu pun saya pendam.

Saya bersyukur memiliki ibu yang bisa jadi roll model buat saya. Beliau termasuk orang yang selalu mendekatkan diri kepada Allah, sering mendengarkan ceramah dari radio dan juga televisi. Sehingga kebiasaan beliau itu tertular pada saya. Karna terbiasa mendengar ceramah itulah saya juga sering merenung, kenapa hati masih juga merasa tidak tenang walau apa pun yang saya inginkan bisa terpenuhi. 

Akhirnya terlintas keinginan untuk meminta maaf pada ayah yang pernah saya benci (karna ketidaktahuan saya akan kondisi sebenarnya). Awalnya saya menuliskan lebih dulu keinginan itu pada selembar kertas folio. Beberapa waktu berlalu saya merasa harus mengungkapkan keinginan itu pada ibu. Sebenarnya saya segan mengungkapkannya karna takut menyinggung perasaan ibu, tapi karna merasa niat ini benar dan baik kenapa tidak untuk mencoba mengatakan pada beliau. Alhamdulillah ibu mersespon dengan bijak. Ibu membolehkan dan mempersiapkan segalanya untuk keberangkatan saya dan abang ke kampung. Setelah bertemu ayah, runtuh segala ego yang mengikat diri dari benci padanya. 

Kemudian saya berfikir kembali, apa ya hal yang saya inginkan? Karna keinginan saya bertemu ayah diwujudkanNya, saya terinspirasi untuk menuliskan mimpi berikutnya dengan akhiran huruf "H".

Saya menuliskan 5 mimpi.

Diantaranya adalah?

Akankah semua mimpi itu di ijabahNya?


Simak cerita saya selanjutnya dalam buku antologi "Mimpi Yang Terbeli". Yang akan diterbitkan oleh Indscript Creative🥰


#mimpiyangterbeli

#bukuterbitanindscriptcreative

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Testimoni Beasiswa Penulis Pilihan Buku Antologi

Edisi spesial "Eril"